Belum lama ini, CEO OpenAI, Sam Altman menyingung soal Mentra, sebuah startup AI yang merupakan jaringan ketenagakerjaan neurodiversitas yang secara cerdas mencocokkan neurodivergen (termasuk autisme, ADHD, disleksia, dan bentuk keragaman neurologis lainnya) dengan karier individu.
Neurodivergen adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan individu yang memiliki perbedaan dalam cara otak mereka bekerja—atau berfungsi secara kognitif. Istilah ini sering digunakan untuk merujuk kepada orang-orang yang memiliki kondisi neurologis yang berbeda, seperti autisme, gangguan perhatian hiperaktivitas (ADHD), disleksia, gangguan obsesif kompulsif (OCD), cedera otak traumatis (TBI), dan gangguan stres pasca trauma (PTSD).
Perusahaan rintisan berbasis kecerdasan buatan ini dilahirkan bukan tanpa alasan, melainkan berdasarkan data yang signifikan. Menurut UConn’s Center for Neurodiversity and Employment Innovation, tingkat pengangguran bagi orang dewasa neurodivergen setidaknya sebanyak 30% hingga 40%—tiga kali lipat tingkat pengangguran bagi orang dengan cacat, dan delapan kali lipat tingkat pengangguran bagi orang tanpa cacat.
Beberapa individu neurodivergen mungkin tidak memiliki keterampilan sosial yang diperlukan untuk melewati proses wawancara yang sulit, atau tidak memiliki kepercayaan diri untuk melamar pekerjaan.
Namun, bukan berarti seseorang yang mengalami neurodivergen tidak bisa bekerja. Kenyataannya, menurut pendapat para pakar, penderita neurodivergen lebih cocok untuk peran tertentu daripada orang yang bukan neurodivergen. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang neurodivergen dapat membuat tim menjadi 30% lebih produktif jika ditempatkan dalam lingkungan yang tepat. Hal ini berarti, butuh penanganan khusus untuk menggali potensi mereka yang mengidap neurodivergen.
Karena itulah Mentra hadir. Misi Mentra adalah menciptakan tenaga kerja yang lebih inklusif di mana neurodivergen dapat berkembang. Mereka melakukan ini dengan menyediakan platform tempat neurodivergen dapat terhubung dengan pemberi kerja yang berkomitmen pada keragaman dan inklusi. Mentra juga menawarkan berbagai sumber daya dan layanan dukungan untuk membantu neurodivergent sukses di tempat kerja.
Proses perekrutan Mentra dirancang secara inklusif dan dapat diakses oleh semua penderita neurodivergen. Calon pekerja ini akan memulai dengan menyelesaikan penilaian terhadap diri sendiri yang akan membantu mereka mengidentifikasi kekuatan dan keterampilan mereka. Dibantu teknologi AI, Mentra kemudian menggunakan informasi ini untuk mencocokkan kandidat dengan pemberi kerja yang cocok.
Salah satu fakta menarik yang mungkin menjadi bagian paling krusial adalah bahwa tiga pendiri Mentra adalah autis. Premis unik dari startup ini menarik perhatian Sam Altman, co-founder dan CEO OpenAI, yang pertama kali berinvestasi dalam perusahaan ini dengan pra-seed funding sebesar $1 juta (Rp15 miliar) pada bulan Februari 2022 melalui perusahaannya, Hydrazine Capital. Mentra juga memenangkan hibah AI untuk aksesibilitas dari Microsoft. Shine Capital memimpin putaran pendanaan sebesar $3.5 juta (Rp53 miliar) tahun ini, yang juga melibatkan partisipasi dari dana milik Altman, Verissimo, Full Circle, Charlotte Fund, serta para angel investor, termasuk David Apple dan Dawn Dobras.
Platform ini juga telah bermitra dengan lebih dari 30 universitas dan lebih dari 200 penyedia layanan di seluruh Amerika Serikat, dan kini memiliki sekitar 33 ribu pencari kerja neurodivergen.