Kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi alat penting dalam upaya melawan perubahan iklim. Inflasi yang menjadi masalah global dapat diperparah oleh perubahan iklim, terutama karena frekuensi dan keparahan kejadian cuaca ekstrem yang meningkat, yang berdampak pada kenaikan harga makanan, energi, dan kebutuhan lainnya. Namun, terdapat harapan bahwa AI dapat membantu mengurangi emisi, meningkatkan efisiensi energi, dan meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan.
Menurut laporan Survei BCG Climate AI 2022, 87% CEO sektor swasta dan publik dengan keputusan terkait AI dan iklim percaya bahwa AI merupakan alat penting dalam melawan perubahan iklim. AI dapat memberikan nilai bisnis signifikan dalam bidang mitigasi (pengurangan emisi) sebesar 61%, pengukuran emisi sebesar 57%, adaptasi (pemantauan bahaya) sebesar 44%, adaptasi (mengelola kerentanan dan paparan) sebesar 42%, mitigasi (menghilangkan emisi) sebesar 37%, dan fundamental (memfasilitasi riset iklim, keuangan iklim, dan pendidikan) sebesar 28%.
AI dapat membantu dalam mitigasi perubahan iklim dengan meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi emisi dari sektor transportasi, pertanian, dan industri. AI juga dapat membantu kita beradaptasi dengan dampak perubahan iklim dengan meningkatkan kemampuan memprediksi kejadian cuaca ekstrem dan menyediakan alat bantu keputusan untuk menanggapi lebih efektif. AI juga dapat memainkan peran kritis dalam meningkatkan ketahanan kita terhadap dampak perubahan iklim dengan membantu mengidentifikasi faktor risiko dan mengembangkan rencana untuk menguranginya.
Lambert Hogenhout, Chief Data Analytics, Partnerships and Technology Innovation di Office for Information and Communications Technology, menyatakan bahwa yang paling mendesak bukanlah memiliki AI yang lebih kuat, melainkan menjadi lebih cerdas dalam penggunaan AI. Oleh karena itu, diperlukan kerangka baru untuk AI dalam perubahan iklim yang dapat memandu investasi dan inovasi. Kerangka ini terdiri dari tiga tema utama: mitigasi, adaptabilitas dan ketahanan, serta fundamental.
Bagian mitigasi melibatkan pengukuran (makro dan mikro), pengurangan (intensitas emisi gas rumah kaca, peningkatan efisiensi energi, dan pengurangan efek rumah kaca), dan penghapusan (penghapusan lingkungan dan penghapusan teknologi). Sementara itu, adaptasi dan ketahanan melibatkan proyeksi tren jangka panjang, sistem peringatan dini, manajemen kerentanan dan paparan, serta perlindungan populasi dan keberlanjutan biodiversitas.
AI dapat membantu mitigasi melalui penggunaan energi yang efisien, pengurangan emisi di rantai pasokan, dan pengembangan solusi geo-engineering. Sementara itu, dalam adaptasi dan ketahanan, AI dapat membantu memproyeksikan tren iklim lokal, membangun sistem peringatan dini, mengelola krisis, memperkuat infrastruktur, melindungi populasi, dan menjaga keberlanjutan biodiversitas.
Meskipun tidak bisa menjadi solusi tunggal untuk krisis iklim, AI memiliki peran kunci dalam membangun masa depan yang lebih tangguh. AI for the Planet Alliance juga tengah gencar menggalakkan Call-to-Action untuk solusi yang dapat memberikan dukungan bagi solusi AI terkait iklim di seluruh dunia.
Mereka menggunakan AI untuk mengonversi data satelit menjadi kecerdasan lingkungan, memperkirakan kerusakan dari bencana alam, melacak banjir secara real-time, dan memprediksi peristiwa terkait perubahan iklim seperti peningkatan jumlah belalang gurun.
Dengan demikian, AI memiliki peran penting dalam melawan perubahan iklim, tetapi harus digunakan secara bijaksana dan diintegrasikan dengan keputusan manusia untuk mencapai hasil yang optimal.