Seiring dengan makin canggihnya teknologi AI dalam hal mengolah foto dan video di internet, makin banyak pula bermunculan aplikasi atau perusahaan yang menyediakan jasa penyunting atau pencipta gambar seperti Dall-E, Midjourney, atau Stable Diffusion.
Kini, chatbot di internet dipersenjatai kemampuan mengedit dan menciptakan gambar lewat perintah, tak terkecuali Shutterstock dan Adobe yang menjadi salah satu pemimpin pasar saat ini.
Di satu sisi, ini adalah sebuah pencapaian yang fantastis. Namun, di sisi lain foto-foto apa pun jadi makin mudah dimanipulasi, entah untuk tujuan iseng maupun untuk tindakan kriminal. Salah satu cara yang dapat kamu gunakan untuk mencegah pencurian foto adalah dengan menggunakan watermark, tetapi watermark kadang mengganggu pemandangan dan mengurangi nilai seni dari sebuah karya foto.
MIT CSAIL mengembangkan teknologi yang diberi nama PhotoGuard, sebuah machine learning yang tidak hanya mencegah potensi pencurian foto, tetapi juga mengurangi potensi manipulasi.
Cara kerja PhotoGuard adalah dengan mengubah piksel-piksel tertentu dalam sebuah foto sedemikian rupa sehingga mengganggu kemampuan AI untuk memahami gambar tersebut. Perturbations, begitu para pengembangan PhotoGuard menyebutnya, mudah dilihat oleh mesin AI, tetapi tak terlihat oleh mata manusia. Dan, serangan “coding” inilah yang dicegah oleh PhotoGuard dengan menyamarkan piksel per piksel sebuah gambar sehingga menyulitkan AI memanipulasinya.
Secara singkat: PhotoGuard akan bekerja keras membuat AI salah dalam melihat sebuah objek. Sehingga, ketika hendak diubah, hasilnya tidak akan maksimal.
Pada metode yang lebih canggih, PhotoGuard akan menimpa gambar asli dengan gambar lain secara acak sehingga gambar yang asli akan terbaca sebagai gambar yang tak terlihat, atau samar-samar. “Hal ini akan membuat mesin AI berpikir bahwa gambar yang ia lihat tidak realistis,” jelas Hadi Salman, mahasiswa doktoral MIT dan salah satu pengembang PhotoGuard.
Meski demikian, PhotoGuard masih dalam tahap pengembangan sehingga masih terus disempurnakan. Dengan berbagai cara alternatif, pelaku kejahatan tetap masih bisa melakukan upaya rekayasa balik untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Karena itu, Hadi Salman meminta kolaborasi banyak pihak untuk mewujudkan penggunaan sumber daya di internet secara bijak dan beretika.
Pendekatan kolaboratif yang melibatkan pengembang model, platform media sosial, dan pembuat kebijakan merupakan pertahanan yang kuat terhadap manipulasi gambar yang tidak sah. Seharusnya kita menanggapinya dengan serius.
“Pendekatan kolaboratif yang melibatkan pengembang model, platform media sosial, dan pembuat kebijakan merupakan pertahanan yang kuat terhadap manipulasi gambar yang tidak sah. Seharusnya kita menanggapinya dengan serius,” harap Hadi Salman. “Dan meskipun saya senang dapat berkontribusi pada aplikasi ini, masih diperlukan banyak usaha untuk menjadikannya lebih baik dan praktis. Perusahaan-perusahaan yang mengembangkan model-model ini perlu berinvestasi dalam menghasilkan pertahanan yang tangguh terhadap ancaman-ancaman yang mungkin ditimbulkan oleh alat-alat AI ini,” pungkasnya.