Dilansir dari Newsweek, Cina sedang secara agresif mengejar kecerdasan buatan umum (artificial general intelligence/AGI) yang berpotensi mengungguli manusia dalam banyak pekerjaan. Pemerintah Cina bersama para ilmuwan ternama sedang menginvestasikan sumber daya besar dalam penelitian AGI, dengan fokus pada replikasi fungsi otak manusia. Salah satu contohnya adalah pengembangan “city brain” yang menggunakan surveilans dan pemrosesan visual yang terinspirasi dari manusia untuk meningkatkan infrastruktur kota cerdas.
Sejatinya, proyek ambisius ini telah dimulai secara resmi sejak tahun 2016 dengan nama “China Brain Project”, di mana AI dan ilmu otak menjadi bagian dalam rencana ilmu pengetahuan nasional.
Komitmen Cina terhadap AGI adalah bagian dari strategi yang lebih luas untuk menjadi pemimpin global di bidang AI pada tahun 2030. Negara ini mengalokasikan dana dan sumber daya yang signifikan untuk penelitian AGI, dengan lebih dari 1.000 paper yang menunjukkan upayanya. Berkebalikan dengan di negara-negara Amerika dan Eropa, di mana muncul sangat banyak perdebatan dan kekhawatiran tentang bahaya AI yang terlampau canggih, Cina tampak lebih fokus pada keuntungan strategis dan keamanan nasional.
Penelitian AGI di Cina mencakup berbagai bidang, termasuk visi, persepsi, pengenalan pola, emulasi jaringan saraf manusia, dan bahkan hibrida manusia-robot. Dukungan pemerintah dan konsentrasi penelitian di lokasi strategis seperti distrik Zhongguancun di Beijing mengindikasikan dorongan yang tegas menuju AGI.
Namun, pengembangan AGI memunculkan kekhawatiran keamanan global yang signifikan. Para peneliti memperingatkan bahwa memastikan keamanan dan kendali AGI superinteligensial sangatlah sulit, dan potensi risiko, termasuk penyalahgunaan, sangat besar. Mencuat pula kekhawatiran akan implementasi etis AGI, terutama dalam lingkungan politik Cina.
Ambisi Cina terhadap AGI didorong oleh keinginan untuk menjadi “first-mover advantage” dan para ahli menekankan perlunya kerja sama internasional dan tata kelola dalam pengembangan AI untuk mengurangi risiko dan memastikan implementasi AI yang bertanggung jawab. Meskipun Cina berminat untuk berpartisipasi dalam regulasi AI global, ada ketidakpastian tentang bagaimana pertimbangan etis akan membentuk kebijakan AI-nya.
Di dalam negeri, tak sedikit pejabat Cina khawatir tentang AI generatif buatan luar yang memengaruhi ideologi dalam negeri dan berpotensi menantang pemerintahan Partai Komunis. Hal ini menyebabkan penerapan hukum dan regulasi AI yang memprioritaskan nilai-nilai sosialis dan keamanan nasional.
Pertanyaan paling pentingnya: Mungkinkah otak manusia direplikasi?
Sebuah video berbahasa Indonesia di YouTube mencoba memaparkan ide gila ini, dan berikut adalah penjelasan beserta kesimpulannya.
Sebagai kesimpulan, ambisi dan agresifitas Cina terhadap AGI merupakan perkembangan signifikan dalam perlombaan AI global, dengan implikasi potensial bagi geopolitik, etika, dan keamanan di bidang AI.