Menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh The New York Times, Meta sedang mengembangkan teknologi pengenalan wajah yang sangat kuat dan berbahaya, hingga mereka tidak hanya membatalkan perilisannya, tetapi juga mengakuisisi perusahaan-perusahaan rintisan lain yang mengembangkan teknologi serupa agar dapat menutup layanannya dan tak digunakan oleh pihak luar yang tak bertanggung jawab.
Sembari mengerjakan proyek berbahaya ini, di lain sisi Google juga sedang mengerjakan aplikasi yang dapat membantu kita menemukan gambar siapa pun (dan apa pun) yang kita inginkan.
Meski memiliki segudang manfaat, teknologi ini dianggap memiliki lebih banyak potensi negatif jika dirilis ke khalayak ramai. Alhasil, para perusahaan teknologi yang mengembangkannya enggan merilisnya secara luas.
Namun, dengan ketersediaan model bahasa AI yang begitu luas, teknologi yang mudah diakses akan sangat memungkinkan kita untuk segera melihat perangkat maupun aplikasi pengenalan wajah di mana-mana. Bahkan, kepolisian di negara-negara maju mulai menggunakan teknologi pengenalan wajah untuk memecahkan kasus-kasus kejahatan dengan cara menemukan gambar-gambar sebagai bukti secara online.
Meski masih terlalu dini untuk memutuskan teknologi pengenalan wajah memiliki manfaat atau memicu kriminalitas, tak dapat dipungkiri bahwa hal ini akan terus menambah daftar panjang perdebatan akan teknologi yang terus-menerus mengikis privasi manusia secara individu maupun kelompok.