Membuat iklan bisa jadi hal yang menantang karena sulit dan mahal, karena itu makin banyak brand melirik generative AI sebagai cara untuk membuat proses tersebut lebih mudah.
Reuters melaporkan bahwa agensi periklanan besar seperti WPP dan perusahaan multinasional seperti Unilever mulai memanfaatkan generative AI untuk mengurangi biaya marketing sembari membuat lebih banyak iklan.
Klien WPP, Nestlé dan Mondelez, pembuat Oreo dan Cadbury, menggunakan DALL-E 2 dari OpenAI untuk membuat iklan. Salah satu iklan untuk Cadbury ditayangkan di India dengan video yang dihasilkan oleh AI dari aktor Bollywood Shah Rukh Khan yang mengundang pejalan kaki untuk berbelanja di toko. CEO WPP memberi tahu Reuters bahwa penghematan dari generative AI bisa “10 hingga 20 kali lipat.”
Unilever menciptakan alat iklan generative AI sendiri dan menggunakannya untuk menulis teks iklan untuk salah satu produk shampoo-nya.
Namun, karena semakin banyak brand yang ingin menggunakan generative AI untuk membuat lebih banyak iklan, kini muncul pertanyaan apakah mereka perlu memberi tahu orang bahwa itu dihasilkan oleh AI. Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan pengembang teknologi AI telah menandatangani perjanjian dengan pemerintah dalam mengembangkan teknologi watermarking untuk melabeli apa pun yang dibuat oleh AI. Secara teori, iklan yang dihasilkan oleh AI bisa masuk dalam aturan tersebut.
Ken Sickles, chief product officer for digital watermarking di Digimarc, mengatakan kepada The Verge bahwa harus ada kebijakan standar mengenai penandaan konten yang dihasilkan oleh AI.
Tak hanya Nestle dan Unilever, berbagai brand daring juga mulai bereksperimen dengan generative AI. Salah satu brand fashion terkenal, Adore Me mulai mencicipi teknologi AI untuk mencari tahu cara memasarkan bra dan pakaian dalam intim lainnya tanpa harus khawatir akan sensor.